kebencian kita dulu alangkah tanpa batas, sumpah serapah yang kita ocehkan dulu alangkah seumpama diksi-diksi yang bebas, menerjang gugusan kemarau di musim panas..
aku, masih ingatkah kamu dengan semua sumpah serapah kita? kemarin saya membaca ulang bincang kita. entah kenapa, saya kangen banget sama aku, kangen mencumbu aku. aneh, ini kejadian yang langka, saya kembali ke muasalku, mengedepankan logika, berendam hangat di tungkunya.

mengingat kembali ucap-jancuk itu, senyum bangga menyapaku lagi, saya takjub dengan kebersamaan kita dulu -intonasi yang begitu lena, denting yang sempurna, dawai bertungkukan durja- yang kini, aduh, entah kemana aungan kirik itu?.
saya kira, saya cinta padamu. sekarang, saya tahu, saya memang pernah mencintaimu. dan mungkin (semoga tidak) akan mencintaimu lagi, jika kau satukan kamar-waktu untuk menyapa saya. dan, ketika kau telah berhasil setubuh dengan saya, kembali saya berusaha tuk terlantarkanmu dipojok kamar-waktumu.
ohh.. saya takjub dengan keberanian yang saya pintal dulu, yang demikian nyaman tatkala membuangmu, dan membiarkanmu dalam keterasingan.
ah, sudahlah. saya menyapamu, hanya mengabarkan, tentang keberadaan saya disini -intonasi yang begitu lena, denting yang mahasempurna, dawai bertungkukan cinta- yang kini, sedang kuberendam didalamnya. karena koreng ke-aku-an saya belum juga disembuhkan-Nya.
diketik oleh Ahmad Adib Amrullah