
Mei, duapuluh empat tahun lalu, kau terlahir dari rahim ibumu. masih ingatkah kau Mei? ketika itu kau tak bersepatu, tak pula bercelana, kau bugil Mei? tapi sudahlah kebugilan justru melambangkan kesucianmu saat itu, kesucian yang hanya dimiliki para nabi, wali dan bayi-bayi.
Mei, masih ingatkah kau? puluhan tahun lalu kau pernah terbahak, karena terseret oleh ombak-ombak deras yang menenggelamkanmu di pusaran gaibnya, kaupun merengek untuk kemudian terbelalak, melihat keanggunan bidadari dalam laut, lalu kau cumbu mereka dengan kata-kata yang muncrat morat marit tapi mengena. hmmh kau memang ahli Mei dalam permainan kata. walaupun kau tak pernah diperbudaknya.
Pernah suatu senja, ketika umurmu genap duapuluh dua, kau terlelap diantara rerumpunan kutub-kutub mati, yang tetap kau setubuhi walau hatimu tak pernah orgasme, tak pernah mencapai titik klimaks.
Tapi pernah suatu saat kau begitu berbirahi karena matamu menangkap sebuah kutub yang terus membuatmu ereksi. namun, lagi lagi, tanpa orgasme.
Mei, aku pernah mendengar kau pernah takut sekali dengan dosa, lalu tanpa sadar kau kembali ke masa kecilmu, mencari intishar-intishar baru,tapi kau tak perlu takut Mei, karena kita hidup di alam manusia dan kita tak dituntut untuk sempurna, lagipula dosa bisa datang dimana saja Mei, kapan saja dan kepada siapa saja, kecuali mereka para ahl isthifa'. ahl isthifa' yang selalu kau puja Mei.
Mei, kudengar kini kau tak lagi berkelana. karena kemarin kulihat engkau berhenti di perhentian terakhir.. membasuh muka, tangan dan kaki dengan sekantong air sang ahl isthifa yang selalu beliau sediakan untukmu.
Lihat Mei, beberapa titik air tercecer mengenai sejumbai rumput kering ringkai dikalbumu. Tanaman cilik yang sengsara, namun seketika air menguncurnya, setitik merayap turun menelusuri sela sela daunnya yang kisut, dan lihatlah Mei betapa ia mengembang perlahan dan gemetar. Beberapa titik lagi, maka bergeraklah lembaran daun kecil yang tergulung, kemudian meluruskannya pelan pelan, agak ragu dan dengan gemetar, namun benar benar puncak kegembiraan yang penuh dengan harapan. Dan begitulah Mei, hidup masuk kembali dengan penuh rasa kemenangan ke wadah yang tadinya bagaikan mati, masuk dengan kentara, bernafas penuh daya dan sukar dicerna. dalam keagungan sang Musthafa.
Selamat Ulang Tahun untukmu Mei dan Selamat Ulang Tahu(n) untuk kita. Dan jangan pernah bosan menyediakan ketiakmu untuk kusandarkan kepalaku diatasnya.