Thursday, February 21, 2008

Karena Kata Bukan Kasat Mata

Berminggu-minggu, berbulan-bulan, tak terasa ratusan purnama pun telah terlewati dan rasa itupun tetap menjajahku. Menahanku untuk merdeka dari cinta terhadap Laila. Cinta yang selalu menyajikan kedamaian dalam jiwaku, menghidangkan ketenangan dalam hatiku,. Dan yang pasti menyegarkan akalku.

Tidak!! Akal tak boleh bermain disini!. Dentingan keyboard yang kualunkan dengan jemariku bukan untuknya!, tapi untuk jiwa-jiwa yang tak mau merdeka. Hahahahaha.. SELAMAT DATANG DI AREA BEBAS LOGIKA!! Hahaha. Ya, tertawalah sepuasmu. Tertawakan aku juga Laila, aku rindu dengan tawamu yang penuh suka, dan murkamu yang penuh cinta. Sebab kau terlihat cantik ketika murka, dan terlihat wibawa ketika tertawa. Ludahi aku Laila, ludahi aku.. ludahi aku. Hinakan aku dengan keagunganmu 6666X.

Malam ini aku melihatmu Laila. Kau terlihat sangat cantik dengan jubah kebesaranmu. Sama seperti malam-malam dahulu, malam ketika rinduku mulai terhitung dari nol sampai satu, dari satu sampai seribu, bahkan sampai tak tahu lagi kumenghitung rinduku padamu, hingga malam inipun tak tahu rindu keberapakah ini?.

Rindukah kau padaku Laila? Rindukah kau melihatku? Bodoh !! kau tak boleh menanyakan rindunya padamu, karena ia lebih agung dari sekedar “tanya”, ia lebih agung dari sekedar “apa”, ia lebih agung dari sekedar “siapa”, ia lebih agung dari sekedar “mengapa”. Bahkan puji puja pun takut mendekati keagungan dan keelokanya.

Aku takut memujimu Laila. Hentakan keyboard inipun bukanlah puja puji untukmu.Tapi hanyalah kata yang mengalir tanpa aba-aba, tanpa retorika. Dan kata inipun lahir prematur tanpa ibu, jadilah ibu dari kata-kataku Laila, jadilah lisan dari kalimatku , jadilah kaki dari langkahku, jadilah tangan dari genggamanku, jadilah mata dari penglihatanku. Aku menghamba padamu. Kamukan aku Laila.

Dan, maafkan aku Laila, maafkan kelancanganku. Mohon salibkan aku, salibkan akalku dengan jeruji di kepalaku, penjarakan tanganku dengan paku alammu, hingga tak lagi akal ini mempertanyakanmu. Ludahi aku sekali lagi Laila, ludahi aku, ludahi aku. Hinakan aku dengan kemuliaanmu 6666X.



diketik oleh Ahmad Adib Amrullah